Kamis, 18 Desember 2014

LAPORAN PENELITIAN Kajian Lintas Budaya Antara Masyarakat Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat



PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
              Kebudayaan dan masyarakat adalah ibarat dia sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, keilmuan, sosial, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan yang khusus yang terdapat pada suatu golongan dalam masyarakat yang berbeda dengan kebudayaan golongan masyarakat lain maupun kebudayaan seluruh masyarakat mengenai bagian yang tidak pokok dinamakan kebudayaan khusus misalnya kebudayaan daerah Aceh, Batak, Jawa, Nusa Tenggara, dan lain-lain. Kebudayaan khusus ini timbul antara lain perbedaan lingkungan, suku, bangsa, agama, latar belakang pendidikan, profesi, dan sebagainya.


Dalam sebuah kebudayaan terdapat unsur-unsur pokok yang disebut juga dengan culture universal. Hal ini menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal artinya dapat dijumpai di setiap kebudayaan yang ada di seluruh Indonesia. Culture universal tersebut misalnya mata pencaharian, sistem kemasyarkatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan.


Budaya daerah dapat dilihat dari delapan aspek yaitu aspek Bahasa, Sikap dalam Pendidikan, Peran Wanita, Hubungan Personal, Tata Krama (Kebiasaan) Sehari-hari, Nilai-nilai dalam Dunia Kerja atau Pendidikan, dan Kebebasan Pribadi (Privasi). Dari banyaknya ragam budaya Indonesia itulah, kami melakukan kajian lintas budaya dengan mengkaji Bahasa, Peran Wanita, Tata Krama (Kebiasaan), dan Nilai-Nilai Dalam Keluarga. Sehingga dengan adanya kajian lintas budaya ini kita dapat mengetahui bagaimana perbedaan antar budaya daerah satu dengan budaya di daerah lainnya.


B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana budaya yang ada di daerah Jawa Tengah
2. Bagaimana budaya masyarakat daerah 
Jawa Tengah ditinjau dari Bahasa, Peran Wanita, Tata Krama (Kebiasaan), dan Nilai-Nilai Dalam Keluarga?
3. Bagaimana budaya yang ada di daerah Nusa Tenggara Barat ?
4. Bagaimana budaya masyarakat daerah Nusa Tenggara Barat ditinjau dari Bahasa, Peran Wanita, Tata Krama (Kebiasaan), dan Nilai-Nilai Dalam Keluarga?


C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui budaya yang ada di daerah 
Jawa Tengah
2. Untuk mengetahui budaya masyarakat daerah 
Jawa Tengah ditinjau dari Bahasa, Peran Wanita, Tata Krama (Kebiasaan), dan Nilai-Nilai Dalam Keluarga.
3. Untuk mengetahui budaya yang ada di daerah Nusa Tenggara Barat.
4. Untuk mengetahui budaya masyarakat daerah Nusa Tenggara Barat ditinjau dari Bahasa, Peran Wanita, Tata Krama (Kebiasaan), dan Nilai-Nilai Dalam Keluarga?


D. MANFAAT
1. Dapat menambah wawasan kita tentang kebudayaan yang ada di wilayah Indonesia
2. Dapat menambah rasa cinta terhadap budaya daerah
3. Dapat menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan antar daerah di Indonesia



BAB II
ISI

A. BAHASA
             Bahasa adalah sebagai alat komunikasi, atau sarana untuk menyampaikan informasi. Tetapi, bahasa pada dasarnya lebih dari sekadar alat untuk menyampaikan informasi, atau mengutarakan pikiran, perasaan, atau gagasan


1. Jawa Tengah
Kebiasaan masyarakat saat berpapasan dengan seseorang yang dikenal yaitu:
Menyapa lebih dahulu : 20%
Kadang menyapa dahulu : 60%
Menunggu untuk disapa : 20%
Pada saat bertemu dengan seseorang yang dikenal biasanya menggunakan kata “hey” dan “hello” untuk teman sebaya atau teman yang dikenal. Sedangkan untuk menyapa orang yang lebih tua ataupun orang yang mempunyai jabatan penting yaitu bisa dengan “Pak”, “Bu”, “Mbak”, “Mas”, dan lain-lain agar dapat terlihat sopan dan santun dalam berbincang-bincang.


Untuk masyarakat Jawa Tengah kebiasaan menyapa pada saat bertemu dengan orang yang dikenal tidak berdasarkan usia ataupun kesenioritasannya namun biasanya kebiasaan menyapa ini bersifat fleksible. Masyarakat Jawa Tengah pada umumnya sering berbasa-basi dalam perkataan mereka apabila bertemu dengan seseorang yang dikenal maupun belum kenal. Hal ini dikarenakan agar nantinya dapat akrab dengan orang tersebut selain itu dengan kita basa-basi saat berbincang-bincang kita dapat terlihat sopan.

Pemberian nama untuk anak-anak jaman sekarang sudah sangat bervariasi sekali, tidak seperti jaman dahulu yang hanya menggunakan dua bahkan satu kata saja dalam memberikan nama untuk anak mereka. Namun jaman sekarang pemberian nama juga mengambil nama-nama asing untuk mepercantik nama. Hasil survei yang kami peroleh di daerah ini yaitu:
§ Sedikit menggunakan bahasa asing : 20%
§ Menggunakan bahasa asing : 80%
§ Tidak menggunakan bahasa asing : -


Di daerah ini tidak ada pergeseran makna bahasa asli jadi masih menggunakan bahasa yang biasanya digunakan oleh orang-orang sebelumnya, terbukti di daerah ini masih sangat melestarikan bahasa daerahnya dengan menggunakan bahasa daerah sehari-hari bahkan menggunakan bahasa krama untuk daerah-daerah tetentu.

2. Nusa Tenggara Barat
Kebiasaan masyarakat NTB saat berpapasan dengan seseorang yang dikenal yaitu semuanya menyapa terlebih dahulu, karena kebanyakan dari mereka memang kenal dengan orang disapa, jadi saat bertemu mereka akan langsung menyapa terlebih dahulu tanpa, menunggu orang lain yang menyapa. Ada juga yang menyapa terlebih dahulu, karena sudah menjadi kebiasaan basa – basi saat bertemu dengan orang yang dikenal.
Pada saat bertemu dengan orang yang dikenal biasanya mereka memanggil nama, tersenyum dan juga menanyakan kabar dengan bahasa daerah disana, seperti:
a. Mbe laiq tie meton? (mau kemana kawan?)
b. mbe epe aning? (sama tapi lebih sopan)
c. Mbe de lumbar mamiq? (sama tapi paling halus)


Sementara untuk menyapa yang lebih tua biasanya hanya tersenyum dan mengucapkan salam. Selain itu basa basi juga diperlukan apabila bertemu dengan orang lain atau orang yang dikenal, karena mereka menganggap itu untuk mempererat tali silaturahmi dan agar lebih sopan.
Sementara kebiasaan masyarakat NTB dalam menyapa:
• 40% menyapa, tidak bergantung pada usia dan kesenioritasannya, jadi siapapun yang dikenal akan disapa.
• 40% menyapa beragantung pada usia dan kesenioritasannya, jadi pada saat menyapa lebih terlihat sopan dan agar terlihat hormat dengan yang lebih tua.
• 20% menyapa belum tentu bergantung pada usia, dan kesenioritasannya.

Pemberian nama pada anak untuk masyarakat NTB sudah sangat bervariasi, karena masyarakat disana dalam membeeikan nama pada anak tidak hanya menggunakan bahasa daerah, melainkan sudah tercampur dengan bahasa Indonesia, dan bahasa asing.
• Pemberian nama dengan sedikit menggunakan bahasa asing 60 %
• Pemberian nama dengan menggunakan bahasa asing 20 %
• Tidak menggunakan bahasa asing 20 %
Jadi pemberian nama anak pada masyarakat tersebut masih banyak yang menggunakan bahasa daerah disana. Sehingga tidak akan melunturkan kebudayaan mereka.
Pemakaian gaya dan bentuk bahasa dalam berinteraksi dengan orang yang berbeda-beda juga berbeda. Apabila dengan teman dekat menggunakan bahasa daerah dan bahasa gaul mereka, dengan orang tua menggunakan bahasa daerah yang sopan atau bahsa Indonesia. Sedangkan untuk orang yang memiliki jabatan penting, menggunakan bahsa daerah NTB dan juga bahasa Indonesia. Walaupun masih banyak yang menggunakan bahsa daerah, namun tetap ada pergeseran makna terhadap istilah – istilah bahasa.
B. PERAN WANITA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Peran seorang ibu dalam rumah tangga sangat penting. Bukan sekedar seperti perkataan orang jaman dahulu yaitu macak, masak, manak yang artinya seorang wanita jaman dahulu itu hanya dianggap seorang yang hanya bisa berdandan, memasak di dapur, dan melahirkan. Namun persepsi sepertiitu saudah tidak ada pada jaman sekarang. Karena wanita itu adalah seorang yang bisa mengerti semua kebutuhan keluarga mulai dari memanajemen waktu anak, mengatur keuangan, mengontrol dan menjaga kesehatan, psikologi anak, dan lain-lain.


1. Jawa Tengah
Di daerah 
Jawa Tengah persepsi orang-orang jaman dahulu tentang wanita yang hanya bisa macak, masak, dan manak sudah sangat ditinggalkan karena menurut hasil survei yang kami peroleh dari 100% responden mengatakan bahwa 60% wanita sangat berperan dan 40% cukup berperan. Peranan wanita dalam keluarga sangat bermacam-macam yaitu dapat berperan sebagai pengurus rumah tangga, dapat mengerti dan memahami anggota keluarga, serta ada juga yang berperan sebagai pencari nafkah. Selain sebagai pengurus rumah tangga dan pencari nafkah, wanita juga mempunyai suatu komunitas dengan kegiatan-kegiatan yang biasanya terdapat di daerahnya misalnya mengikuti PKK, posyandu anak, posyandu lansia, arisan, dan pengajian. Hal ini dilakukan karena dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut wanita dapat bersosialisasi dengan warga masyarakat dan nantinya wanita tersebut tidak akan ketinggalan jaman.

Perubahan jaman menuntut para wanita untuk dapat ikut membantu mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan rata-rata mereka menjadi:
Pegawai Negeri Sipil 20%
Swasta 20%


Ibu Rumah Tangga 60%
Berdasarkan hasil survei yang kami peroleh, wanita di daerah 
Jawa Tengah sebagian besar tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan adapula yang lulusan sarjana.

2. Nusa Tenggara Barat
Seorang wanita di wilayah NTB mempunyai peran yang cukup tinggi, berdasarkan hasil survey wanita di NTB 60% wanita cukup berperan di rumah. Peranan wanita dalam keluarga sangat bermacam-macam yaitu dapat berperan sebagai pengurus rumah tangga, dapat mengerti dan memahami anggota keluarga, serta ada juga yang berperan sebagai pencari nafkah. Selain sebagai pengurus rumah tangga dan pencari nafkah. Namun peran terbesar mereka adalah mengurus rumah tangga, kemudian yang selanjutnya mengerti dan memahami anggota keluarga.
Untuk pendidikan terakhir wanita (ibu) disana jangan dianggap remeh, karena sebagian besar pendidikan terakhir mereka sebagian besar lulus SMA yaitu sebesar 60 %, sarjan dan tidak bersekolah juga lumayan tinggi sebesar masing – masing 20%. Wanita tidak hanya mengurus rumah tangga, namun juga dapat berinteraksi dengan masyarakat yang lain dengan mendirikan sebuah komunitas untuk sebuah kegiatan, begitu pula dengan wanita di NTB. Kamunitas yang ada bervariasi, seperti posyandu anak, posyandu lansia, PKK, Senam, dan yang lainnya (pengajian).
Perubahan jaman menuntut para wanita untuk dapat ikut membantu mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan rata-rata mereka menjadi:
Ø Pegawai negeri Sipil 40%
Ø Ibu Rumah tangga 60%


Walaupun tidak sedikit yang menjadi seorang pegawai negeri sipil yang ikut membantu perekonomian keluarga, tapi sebagian besar wanita di sana lebih banyak yang menjadi inu rumah tangga.

C. NILAI – NILAI DALAM KELUARGA
1. 
Jawa Tengah
Orang yang dianggap keluarga dan arti keluarga bagi masyarakat 
Jawa Tengah yaitu
§ Segalanya 100%
§ Orang yang memiliki hubungan darah 0%
§ Orang-orang yang berperan dalam kehidupan 0%
Jadi, masyarakat 
Jawa Tengah pada umumnya menganggap keluarga itu adalah segalanya yang terdiri dari ayah, ibu, kakak, adik, nenek, kakek, paman, bibi, semuanya.
Dalam menanggapi perkataan orang tua, berdasarakan hasil survei yang kami lakukan semua responden menjawab selalu menurut dengan perkataan orang tua, namun terkadang juga mengiyakan di depan tetapi menolak hal yang berbeda di belakang dan ada juga yang tidak setuju dan akan menolak perkataan orang tua. Selain itu, orang tua selalu menyemangati anak mereka untuk mencoba mencari pekerjaan. Secara ekonomi anak masih sangat bergantung pada orang tuanya sedangkan untuk pemilihan jodoh dan pendidikan mereka memilih sendiri namun dengan kesepakatan dari orang tua.

2. Nusa Tenggara Barat
Kebiasaan suatu daerah dengan daerah yang lain berbeda-beda, mulai dari kebiasaannya, nilai-nilai dalam dunianya, dan masih banyak lagi. Nilai-nilai dalam keluarga yang ada di daerah Nusa Tenggara Barat ini juga berbeda dengan nilai yang ada di daerah 
Jawa Tengah. Masyarakat Nusa Tenggara Barat ini dalam menganggap keluarga mereka sangat beraneka ragam. Berdasarkan hasil survei yang kami lakukan, keluarga adalah segalanya 20%, orang yang memiliki hubungan darah yaitu 20%, dan lainnya menganggap keluarga adalah suatu kelompok yang paling dekat dengan kita.
Orang tua selalu memberi semangat anaknya untuk bekerja karena dengan bekerja dapat membantu meringankan beban oran tua mereka. Selain itu, masyarakat Nusa Tenggara Barat pada umumnya masih sangata bergantung kepada orang tua mereka dari segi ekonominya.
Dalam menentukan pilihan jodoh dan pendidikan, sama seperti msyarakat 
Jawa Tengah yaitu mereka memilih sendiri jenjang pendidikan dan jodoh tetapi nantinya perlu pengarahan dari para orang tua.

D. TATA KRAMA DAN KEBIASAAN SEHARI-HARI
Tata krama adalah tata cara atau aturan yang turun temurun yang berkembang dalam suatu budaya masyarakat yang mengatur pergaulan oantar individu maupun kelompokuntuk saling pengertian, hormat-menghormati menurut adat yang berlaku. Tata krama mengandung nilai-nilai yang berlaku pada daerah setempat. Oleh karena itu tata krama suatu daerah yang satu dengan yang lainnya itu berbeda.
'

1. Jawa Tengah
Di daerah 
Jawa Tengah pada umumnya tidak terlalu banyak terjadi pergeseran adat tata krama dalam komunitas daerah. Sebagian besar menganggap menjaga adat tata krama yang berlaku dengan prosentase 80% menjaga dengan baik dan 20% menjaga tapi sebagian saja. Dalam pemenuhan janji, 40% menganggap janji harus selalu ditepati, 40% ditepati jika ada waktu luang, dan 20% ditepati jika penting saja. Sama seperti daerah-daerah pada umumnya, orang-orang di daerah Wonogiri mempunyai kebiasaan makan 40 % 2 kali sehari dan 60% tidak tentu berapa kali sehari mereka makan.
Mungkin ini yang membedakan masyarakat Jawa Tengah dibandingkan dengan masyarakat daerah lain, yaitu pada saat makan harus ada makanan wajib yang harus tersedia di meja makan yaitu sambal.

2. Nusa Tenggara Barat
Di daerah ini dalam memiliki dua cara dalam menjaga sebuah adat ataupun tata krama yang pertama yaitu menjaga dengan baik 80% dan yang kedua menjaga namun hanya sebagian saja 20%. Adat istiadat dan tata krama di suatu daerah itu berbeda-beda dan dari adat dan tata krama tersebut biasanya ada yang mengalami pergeseran, menurut hasil survei yang kami lakukan 80% tidak terlalu mengalami pergeseran adat dan tata krama dan 20%menjaga tidak mengalami pergeseran.
Kebiasaaan makan suata daerah itu berbeda-beda sesuai dengan porsi dan kebiasaan mereka, untuk makan mereka biasanya dilakukan 2- 3 kali sehari. Sama dengan daerah lain, pada saat maka mereka 60 sambil bercerita dan 40% diam dan makan dengan tenang.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kebiasaan dalam menyapa orang yang dikenal masyarakat 
Jawa Tengah dengan masyarakat NTB, sedikit berbeda. Untuk masyarakat Wonogiri lebih dominan kadang menyapa terlebih dahulu, sedangkan masyarakat NTB cenderung menyapa terlebih dahulu dengan orang yang dikenal terlebih dahulu. Selain itu dalam menggunakan bahasa masyarat wonogiri lebih fleksibel, sementara mayarakat NTB penggunaan bahasa disesuaikan dengan orang yang sedang berbicara.
Peran wanita di wilayah Jawa Tengah sangat berperan, karena wanita di wonogiri sepenuhnya mengurus rumah tangga, selain itu wanita juga ikut membantu dalam mencari nafkah atau bekerja. Sementara untuk masyarakat NTB cukup berperan, namun pada dasarnya antara masyarakat wonogiri dan masyarakat NTB peran wanita sama – sama penting dan berperan mengurus rumah tangga.
Nilai – nilai dalam keluarga antara masyarakat Jawa Tengah dan masyarakat NTB sama – sama merupakan hal yang penting. Dalam hal pembiayaan hidup maupun sekolah, kedua wilayah ini sama – sama ditanggung sepenuhnya oleh orang tua.
Dalam tata krama Masyarakat 
Jawa Tengah dan NTB tidak mengalami banyak pergeseran adat dan kebiasaan. Pada saat makan masyarakat Jawa Tengah harus ada makanan yang ada dimeja makan, yaitu sambal. Berbeda dengan masyarakat NTB yang tidak mengharuskan ada sambal. Selain itu masyarakat Wonogiri saat makan cenderung diam, sementara masyarakat NTB saat makan biasanya sambil bercerita.

B. SARAN


Melakukan sebuah penelitian yang mengkaji tentang dua budaya yang berbeda, hendaknya perlu diperhatikan aspek – aspek yang harus ada, antara lain :
1. Menentukan aspek yang akan dikaji
2. Menetukan objek atau daerah yang akan dikaji, sesuai dengan yang diinginkan.
3. Pembuatan angket berdasarkan pada aspek yang akan dikaji. Sementara model angket yang digubakab juga harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh peneliti.
4. Penyebaran angket dilakukan melalui berbagai media seperti jejaring sosial network, langsung kepada sasaran (orang), wawancara langsung maupun tidak langsung,
5. Perbandingan dua wilayah kebudayaan yang berbeda disajikan dalam bentuk prosentase, sehingga perbedaanya dapat terlihat jelas dan memudahkan pembaca mengetahui perbedaannya.
6. Hasil laporan disajikan dalam bentuk grafik dan tabel serta analisis data.

DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Hartono. 2001. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara

0 komentar:

Posting Komentar

trimakasi sudah berkunjung.....

tolong tinggalkan komentar anda!!!